Wednesday, December 01, 2004

Aku Perawan...? (sebuah ulangan)

Lebaran yg menyenangkan. Libur seminggu lebih di Bandung, setelah sumpek ngerjain sinetron selama hampir 6 bulan, mungkin sesuatu yg benar2 aku butuhin. Lumayan jg nyantai2 tanpa kerjaan yg hrs dikerjain besoknya, tanpa pacar ( maaf ya sayang :P), tanpa hrs pengen pergi ke banyak tempat. Pokoknya libur, semau gue, semales yg gue mau.

Pas di Bandung itulah, aku sempet jalan2, krn sekalian jg ketemu temen. Pertemuan selesai, tinggal aku sendiri di BIP. Mampirlah aku ke bioskop 21. Diliat-liat, cuma ada 3 pilihan buat nonton siang itu: The Incredibles, Issue, & Virgin. The Incredibles, filmnya Pixar yg terbaru, kayaknya cukup seru & masa tayang masih cukup lama; Issue & Virgin, film2 Indo yg biasanya gak terlalu lama tayang. Jadi, nanti saja utk Incredibles. Issue, kyknya gak terlalu menarik (serius bgt gt loh, & katanya sih jempolnya ke bwh) plus udh main 5 menit, jadi lewat. Virgin deh. Dari judulnya, kyknya cukup kontroversil, & kalo iya, akhir masa tayangnya tinggal nunggu ada yg protes. Wah, jadi poin lebih nih! Ternyata ga ngantri panjang pula. Nonton ah....

Akhirnya aku nonton Virgin, sendirian, dan.... dikelilingi abg2 dengan sukses... lagi. (SIGH)
Memang filmnya tentang abg2 gitu sih. Kali ini dgn cerita yg cukup berat, menyangkut pergaulan bebas & pilihan2 di sekitarnya (which is very limited). Penggambarannya cukup vulgar, tapi realistis faktanya, dgn pembesaran di beberapa hal (konflik2 gaya american teen-flick gt deh), gaya hidup & alur ala sinetron indo-india (yg ga realistis itu), dan sedikit buka2an baju (walopun yg ga perlu dibuka udh keliatan jg banyak). Fokus pada 3 org sohib (nama2nya lupa), yg satu jd pecun, yg satu cewek kaya tp bergaya hdp pecun, yg satu lagi cewek writer-wannabe yg tetep coba bertahan sama temen2nya tp pgn tetep virgin. Ketiganya dari keluarga broken home. Film ini bercerita banyak ttg perjalanan mereka dlm lingkar pergaulan yg bebas banget.

Satu hal yg lucu, judul film ini Virgin: Ketika Keperawanan Dipertanyakan... Tapi menurutku sih, gak ada yg mempertanyakan soal keperawanan. Yang mencoba tetep perawan cuma satu org, dan gak ada yg mempertanyakan (by really-really, seriously) kenapa dia pgn ttp perawan. Kalau pun ada situasi yg membuatnya begitu, itu hanya karena dia terjepit keadaan yg memberikan pilihan: apa dia mau menukar keperawanannya itu utk sejumlah uang atau menghadapi utang yg besar jumlahnya. Itu pun bukan salah dia. Menurutku sih, film ini adalah: "A display of brutal teenage idiocies". Brutal, krn di situ digambarkan bagaimana 'petualangan' dua cewek (yg ga perawan) bermain2 dgn tubuh mereka. Brutal, krn digambarkan mereka melakukannya tanpa pertimbangan matang sama sekali. They even gamble on their bodies! (atw 'dgn kelamin mereka'? You know my point laa)

Sekumpulan konflik2 yg brutal itu diakhiri dgn ending yg super-klise. Yah, cuma segitu aja? :j Ada adegan yg lucu, di tengah konflik2 berat itu: Seorang cowok bintang sinetron yg ditaksir Biyan si virgin akhirnya jadian sama Biyan. Lagi serius2nya momen romantis, tiba2 dia menarik diri dari romantisme, sambil bilang "Kita tak mungkin bersatu..". "Kenapa?". "...punyaku kecil...". Gubrak. My feet was over my head. Kalo aku jadi Biyan, aku bkln bilang: "Really? Let me see first laa..." :P

Ada satu hal lg yg aku ga sreg. Di situ banyak jg diperlihatkan hal2 salah kaprah ttg seks, tanpa penjelasan ttg kesalahkaprahan & konsekuensi lain dari tindakan seks bebas itu. Kayak diasumsikan bahwa yg nonton udh dpt sex-ed yg memadai. Pdhl ya blm tentu jg, wong yg nonton banyak abg2 yg kinyis2 gitu kok, apalg kalo diputer di daerah. Liat aja, paling2 sebentar lg dpt protes, terutama dr daerah2 tertentu. Kayaknya perlu dibarengin jg sama penyuluhan seks/aids jg deh.
Fiuh panjang jg ya? Udahan dulu kalo gitu deh. Msh banyak yg pengen ditulis, tp kyknya hrs beda artikel deh :)

No comments: