Sunday, January 16, 2005

Minggu Pagi...

[ mode standar bahasa#1= on] *

Sebuah perjalanan kadang bisa memberikan pengalaman tersendiri, tapi nilai sebuah pengalaman baru akan terasa jika kita bisa 'berhenti' sejenak dari perjalanan tersebut. Berhenti sejenak, melihat-lihat 'pemandangan' yang terjadi, sebelum melanjutkan perjalanan. Nilainya, bisa sangat tinggi, tapi tak jarang hanya sekadar pemanis, sebagai bekal penghibur dalam perjalanan selanjutnya...
--

Pada satu hari menjelang akhir pekan, seorang teman menawarkan untuk ikut bersamanya ke Bandung. Berangkat jam 7 malam. Saya -kebetulan- memang berencana untuk pulang ke Bandung keesokan paginya, karena saya pikir perjalanan malam hari dengan kereta tidak akan nyaman mengingat traffic Jakarta-Bandung di akhir pekan. Mendengar tawaran itu, saya langsung berminat. Hari itu saya sebenarnya masih bertugas sampai malam hari, tapi karena acara hari itu tidak meminta hal-hal yang khusus, saya rasa saya bisa selesai lebih awal. Singkat kata, akhirnya saya dengan dia dan seorang teman yang lain berangkat malam itu.

Setelah berbagai penantian dan serba ketidakjelasan, akhirnya kami sukses berangkat sekitar pukul 9 malam (sukses? :j). Sepanjang jalan tol menuju keluar Jakarta kami asyik mengobrol tentang berbagai hal, dari mulai pekerjaan, bermacam-macam komentar & gosip tentang artis-artis (oh ya, dua orang teman seperjalanan saya adalah wanita), masalah perjodohan, sampai dengan serius membahas setiap lagu dari kaset yang diputar di mobil. Dari perbahasan itu, kami baru sadar bahwa kami tidak membawa banyak kaset, saat terjebak kemacetan di Ciawi. Karena kekurangan itu, mulai terasa gejala-gejala kebosanan; ada kekosongan saat memilih kaset yang akan diputar lagi, gelisah, lapar, dan perasaan untuk melakukan hal-hal yang tidak jelas. Akhirnya kami mulai... menyanyikan lagu-lagu yang samasekali jauh dari definisi 'keren' atau pun 'ngetop'.

Teman saya memulai dari lagu karangan Kak Seto yang saya sendiri tidak tahu-menahu, ditimpali komentar teman saya yang duduk di sebelahnya,
"Oh tidak, dia mulai lagi...".
Karena otak kami sedang sama-sama beku & kehabisan kaset yang menarik, kami tidak berhasil menggiringnya untuk diam ataupun menyanyikan lagu lain yang lebih menarik... Ternyata otak dia pun lumayan mumet, dan akhirnya berhenti pada sebuah lagu iklan sebuah produk susu berkalsium tinggi;
"Minggu pagi,
matahari bersinar cerah...".

Pepatah mengatakan: "If you can't beat them, join them." yang artinya: "Daripada pusing, mendingan ikutan gila." (???-gak penting-). Walhasil, kami bertiga menyanyikan lagu itu, dengan berbagai versi; dari versi yang 'baik & benar", sampai versi "kaset keriting"(dua-duanya memang ada di iklan tersebut); lagi, lagi, dan lagi...

Akhirnya kami keluar dari kemacetan, dan mood mendukung untuk memutar ulang kaset-kaset yang ada. Tapi tetap saja, setiap ada kekosongan, selalu aja ada saat untuk menyanyikan lagu yang sama, sebagai 'pemaksaan' untuk segera memutar kaset berikutnya. Sampai akhirnya kami sukses tiba di Bandung jam 02.30, setelah menempuh hampir 6 jam perjalanan (!).

Saya kembali ke Jakarta keesokan sorenya, langsung ngantor. Karena saya mulai bertugas subuh, saya putuskan menginap di kantor saja. Selesai tugas pagi, saya bisa pulang beberapa jam sebelum tugas lagi siang harinya. Lumayan, bisa tidur sebentar, mandi & berganti baju ( saya baru sadar bahwa saya tidak melakukan dua hal terakhir sejak berangkat kerja hari Jumat :P). Pulanglah saya, berjalan kaki di tepi jalan pagi itu. Saat itu Minggu pagi, dan matahari pagi bersinar dengan cerahnya... teringat lagi.

"Minggu pagi,
matahari bersinar dengan cerah..." (versi normal)
...
... (versi kaset keriting)
(.......dan saya kucel dengan sukses)
hiks.

Sebelum tidur lagi pagi itu, saya sms teman saya itu,
"Minggu pagi,
matahari bersinar dengan cerah..."
Siang hari balasan darinya tiba,
"Hahahahaha!"
"..."
"..."
Saya nyengir kuda.**

Entah apa nilai dari peristiwa ini, tapi yang jelas, saya punya kesan baru tentang Minggu pagi...



* Akan dijelaskan dalam posting berikutnya
** Bukan frasa yang baku. Tapi bila saya menggunakan "Saya menyeringai seperti kuda.", tidak memberikan kesan yang khas, dramatis ataupun menarik tentang ekspresi saya saat itu. ***
*** Saya lebih suka memakai frasa " Sayah seuri koneng." , tapi filosofi seuri koneng mungkin sulit ditangkap bagi yang tidak mengerti bhs Sunda :P

--

Saturday, January 15, 2005

Dua Belas Jam Di Nirwana

Akhirnya, terjadi lagi... Gue pulang ke Bandung jumat jam 9 malam kemarin, dan sudah di Jakarta lagi jam 8 malam. Minggu gue masuk lagi, jam 4 pagi. This job has really giving me new definition of "weekend" *sigh* Yes, my dayoff was on Saturday, which is weekend, but usually I don't get this 'lucky'. Jatah libur sehari, acak, & kadang disambung dengan tugas dini hari. Really nice. It's almost two years , and it succesfully made my nerve's getting cranky. Anyone else got their 2 dayoffs, so why can't we?

So there I was, stranded in Bandung, with a plan... to get back as soon as possible.
Ngingetin gue sama pengalaman dulu. Dulu gue cuma kangen, & need to escape, walaupun sekejap saja... Dan di sanalah aku... (my bahasa teacher would kill me if I use that phrase)


Dua Belas Jam Di Nirwana

/1/
Dua belas jam di nirwana
ketika kau berteman dengan bayangan
masa lalu dan masa depan
yang setia menemanimu berkelana

Kau dan seutas persahabatan
yang mengikatmu di kota ini
berjalan menyusuri siang
mencari arti dari sepotong hari
Mempertanyakan, apakah jalanan
yang kau tempuh sudah berseri
menghampar masa depan?

Dan kau pun terpaku
pada ribuan tanya
dan jutaan ragu
saat waktu berjalan.

Kau pun berjumpa dengannya,
-bayangan masa lalu itu-
walaupun hanya desah bayangnya
yang semakin membuatmu
sadar akan adanya
rindu yang menancap dada

Di nirwana ini kau menggapai rindu...

/2/
"Aku rindu ketinggian!",
ujarmu senja itu.
Maka di sanalah ketinggian,
saat kau bersama kawan
beserta kelebatan-kelebatan
bayangan sebuah nama.

Sebuah kebosanan,
ataukah kau yang lelah,
ketika malam berlalu saja
menyisakan perih sebuah cinta.

Di nirwana ini kau dan rindu berpisah...

(Bandung, Oktober 2003)