Saturday, February 12, 2005

Future: The Final Frontier

It has been awhile since my last movie watching. Well, I was orbiting a bizarre line of my life, kinda stranded in space. I haven't seen many movies lately, despite of having a high pile of dvds. Work, wedding arrangements, & books, are things I'm in to lately. But even a lost-in-space orbiter finds a decent space station once and awhile, so why can't I?

Jadi nontonlah saya. Mencoba mencuri sedikit waktu dari hari2 yg tersita. Sudah agak lama sih, sekitar 2 minggu yg lalu.
"Kemana aja sih?"
Ya gak kemana-mana. Di sini saja. Kan sudah bilang kalo saya 'tersesat dlm ruang' (terjemahan bebas)...
"Ah sudahlah. lalu?"

Saya sempat nonton tiga film: The Aviator, Millenium Actress (dvd), & Tokyo Godfathers (dvd).
Dua yg terakhir itu anime jepang, dgn sutradara Satoshi Kon. Saya sangat terkesan dgn dua film yg pertama, secara tema agak2 berkaitan, selain visi sutradara2nya yg asyik utk disimak. The Aviator (Martin Scorcese) bertutur ttg kisah hidup seorang Howard Hughes, seorang pengusaha yg dikenal sebagai pendiri Hughes Aircraft, salah satu industri pesawat (yg pernah) terkemuka AS. Tau helikopter serang Apache? Yg membuatnya itu Hughes Helicopters, bagian dr Hughes Aircraft, yg sekarang sdh jd milik Boeing. Anyway, film ini menggambarkan perjalanan hidup Hughes sejak muda, yg memilih memulai 'karir'nya dgn menjadi sutradara & produser film, drpd menjalankan bisnis minyak keluarganya. Di sini terlihat karakter Hughes yg tak pernah berubah sampai tua; seorang perfeksionis, & pekerja keras yg keras kepala. Kerja keras bertahun-tahun dlm film pertamanya itu terbayar. Ketenaran dia raih, tapi dia merasa tak nyaman dgn itu. Hatinya ternyata tertambat di dunia yg lain: penerbangan. Maka dia mendirikan industri pesawatnya sendiri. Ia juga membeli TWA, maskapai penerbangan yg hampir bangkrut. Dgn TWA, ia menjadi org pertama yg berhadapan dgn PanAm, maskapai yg memonopoli rute penerbangan internasional (terutama eropa). Konflik dgn PanAm ini yg banyak menguras emosi seorang Howard Hughes. Penggambaran dramatis Scorcese berpusat di sini. Betapa org yg sangat kuat pendirian & percaya diri seperti Hughes sampai terguncang jiwanya, krn konflik tsb sampai mengacak-acak bisnis & kehidupan pribadinya. Dia jg menghadapi pengadilan kongres yg membuatnya jd sorotan publik, sesuatu yg tdk dia sukai. In the end, dia bisa bangkit kembali & menghadapi semua. Hughes is back on the wheel again. However, ada sesuatu yg tersisa dari konflik itu; setiap kali ia merasa senewen, dia akan mengulang-ulang ucapannya yg terakhir, seperti piringan hitam yg selip. Pada suatu saat ia terhenti di satu kalimat: "The way of the future...". Di situ lah digambarkan Hughes menemukan kembali tujuan hidupnya, menjadikan setiap apa yg dia kerjakan menjadi 'the way of the future'... Menghasilkan semua yang menjadi terbaik di waktu itu.
What a goal.

Selanjutnya, Millenium Actress by Satoshi Kon. Anime ini sebenarnya sudah berumur agak lama, thn 90an lah. Tapi saya memasukkan anime ini dlm daftar koleksi secara menurut seorang teman penceritaannya unik. Dan ternyata memang benar, teknik berceritanya luar biasa. Cerita Millenium Actress bermula dr proses penghancuran sebuah studio film yg terkemuka di masanya, yg menelurkan banyak bintang dan salah satu yg paling terkenal adalah Riyoko Kobayashi. Berkaitan dgn itu akhirnya seorang penggemarnya, seorang pembuat film amatir, membuat sebuah dokumenter ttg kisah sang aktris dari masa lalu hingga sekarang. Jadi ceritanya berpusat pada biografi sang aktris. Sederhana sebenarnya, tp digambarkan dgn cara yg tidak sederhana. Wawancara yg dilakukan si film-maker tsb mengantarkan pd flashback2 cerita dari sudut pandang sang aktris, tp tanpa menghilangkan si pewawancara & kameramennya. Kedua org itu muncul dlm flashback2 ke masa lalu tsb sebagai stalker yg menguntit ke mana pun sang tokoh pergi, bahkan dalam flashback film2 yg dibintangi sang aktris, si pewawancara selalu ikut menjadi salah satu pemerannya! Talking about wild imagination... Inti cerita dari film ini adalah apa yg melatarbelakangi kehidupan sang aktris selama ini. Riyoko menhabiskan masa mudanya menjadi aktris dgn harapan dia akan bertemu dgn pujaan hatinya; seorang pelukis yg menjadi buron polisi militer kekaisaran di masa PD II. Cerita semacam itu pula yg menjadi 'roh' dlm setiap film yg dia bintangi; pencarian seorang yg dia cintai, yg terpisahkan karena politik & kekuasaan. Walaupun bertahun-tahun berlalu, ia tak pernah berhenti mencari, hingga ajal menghampirinya. Ia tak peduli apakah ia akan bertemu dengan dicari atau tdk, selama ia masih dpt berusaha mencari, ia akan melakukannya...

Hmm... Kedua film itu bertutur tentang satu hal yg sama: tujuan hidup.
Itu membuat saya berpikir tentang tujuan2 hidup saya, dan apakah usaha2 yg saya lakukan sudah mengarah ke sana. Pikiran yg sebenarnya sudah mengorbiti benak saya belakangan ini.
"Mau seperti apa masa depanmu?", "Mau jadi apa?", "Bagaimana?", adalah pertanyaan2 yg harus saya jawab dlm beberapa tahun ke depan.
Entahlah, saya masih perlu waktu utk berpikir....

No comments: